Labels

Wednesday, February 15, 2017

Pak SBY Jangan Bawa Negeri Ini Ke Jurang Kehancuran



"Pak SBY jangan bawa kami ke jurang kehancuran, ingat sapa salah seleh, becik ketitik ala ketara", 

Permohonan ini ditulis untuk memohon kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono mantan Presiden. Jangan bawa NKRI tercinta ini seperti Suriah, Irak, Mesir dan Nigeria. Kami ingin Bumi Pertiwi ini menjadi Negara yang "gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja, bukan menjadi negara yang hancur porak poranda seperti Suriah, Irak.

Pak SBY yang terhormat, pepatah Jawa sudah jelas menyatakan "sapa salah seleh, becik ketitik ala ketara", sehingga sebagai Negarawan Sejati harusnya tidak menebarkan ujaran yang mengarah pada kehancuran bangsa ini. Cuitan di twitter dan status facebook yang telah anda tumpahkan itu merupakan bentuk "kekanak-kanakan", "kecengengan".

 SBY: "Sulit untuk Tidak Mengatakan, Fitnah yang Dilancarkan Antasari Terkait Pilkada"*SBY*


Harusnya secara bijak langsung mengkonter pernyataan Antasari Azhar itu dengan pers converence dan langsung dilaporkan ke Mabes Polri bahwa itu tidak benar dan merupakan pencemaran nama baik. Bukan dengan berteriak-teriak di akun media sosial. Tunjukkan dengan gentlemen bahwa anda bersih, dan jika memang telah melakukannya anda harus akui dengan jantan seperti pitutur para pepunden, pinisepuh Jawa dahulu bahwa "sapa salah seleh", sehingga permasalahan ini menjadi tidak berlarut-larut dan cepat diselesaikan dengan lancar, Contohlah Pak Jokowi yang kerempeng itu, namun kekuatannya sebesar Gajah, keberaniannya sebesar Singa sang Raja Hutan, bukan dengan berteriak-teriak di media sosial. Anda tidak perlu takut, karena kebenaran tetap kebenaran dan menjadi hak bagi yang telah berbuat benar, ingat "becik ketitik ala ketara", tentu anda paham maksudnya, namun saya jelaskan sekali lagi buktikan bahwa anda "becik" maka akan "ketitik" dapat diketahui, sepandai apapun jika apa yang dikatakan oleh Antasari Azhar itu benar, maka bagaimanapun anda harus terima bahwa "ala ketara", semua akan kelihatan secara terang benderang.

"Kita terus dibeginikan. Apakah yang kuat memang harus terus menginjak-injak yg lemah? Marilah kita mohon pertolongan Allah Swt. *SBY*


Apakah salah jika mantan ketua KPK Antasari Azhar mengatakan hal tersebut?, telah lama dia menuntut keadilan, atas perbuatan yang tidak dilakukannya, dijatuhkan hukuman kepadanya, berapa kali dia memohon keadilan, berapa kali ditolak. baru era Jokowi ini dia mendapat keadilan yang seadil-adilnya. Barang bukti yang tidak dapat ditunjukkan saat sidang, SMS yang tidak bisa ditunjukkan saat sidang, ancaman terhadap dirinya, keluarganya, semua sudah dijelaskan sejelas-jelasnya, namun semua mentok, semua ditolak oleh Pemerintah dalam hal ini era kekuasaan berada dilingkaran SBY.

 Teman-teman seperjuangan, memang saya tak punya kuasa, tetapi akan saya hadapi. Jangan menyerah & lanjutkan perjuangan *SBY*

Kemana SBY waktu itu?, saat itu kekuasaan penuh ada ditangan SBY, permasalahan yang harusnya bisa dijalankan seadil-adilnya, namun seperti menutup mata. pembiaran inilah yang menyebabkan Antasari Azhar berteriak di depan awak media sosial, "cacing bae diidak mrogel", cacing saja jika diinjak akan menggeliat, akan melawan, walau pun lemah tak berdaya, tetapi memiliki keberanian untuk melawan, bukan mengeluh dan menggerutu di media sosial. satu-satunya langkah yang harus ditempuh saat ini adalah menunjukkan bahwa SBY tidak bersalah, tunjukkan bukti-bukti valid, berteriak ke sana ke mari hanya akan memperkeruh negara ini. Seharusnya SBY tidak membawa bangsa ini ke jurang kehancuran. selama 10 tahun berkuasa sisa hutang dan pembangunan inprastruktur yang mangkrak di sana sini, belum lagi para bawahan dan kader-kader politiknya satu demi satu masuk ke penjara menjadi narapidana. Bentuk keadilan yang diminta SBY sudah diberikan namun mengapa masih meradang dan meratap bahwa ini bentuk ketidak-adilan dari rezim yang baru.     

  "Saya bertanya, apakah Agus Yudhoyono memang tak boleh maju jadi Gub Jakarta? Apakah dia kehilangan haknya yg dijamin oleh konstitusi?" *SBY*

Pertanyaan yang harusnya malu untuk ditanyakan, sebab menuduh Antasari Azhar yang jelas-jelas tidak menyinggung masalah Pilkada mengapa diangkat?, harusnya fokus kepada tuduhan terhadap dirinya bukan dibelokkan inti permasalahannya. Apakah Agus Harimurti Yudhoyono kehilangan hak nya mencalonkan?, sampai detik ini masih bisa menunggu, dan suara rakyat telah diberikan. Apa masih kurang?, Apakah bentuk keadilan adalah sesuai dengan keinginan pribadi dan kelompok dengan mengabaikan kepentingan umum. Pemaksaan kehendak seperti yang telah dilakukan oleh Riziek Shihab dengan pasukan FPInya yang memaksakan kehendak dengan berpayung agama dianggap sebagai bentuk pembelaan. Ingatlah bagaimana Bazar Ashad yang begitu keras langsung menggebuk kelompok garis keras yang menentangnya, hasilnya adalah kehancuran negara itu. Apakah NKRI dimana masyarakatnya yangn tertenal dengan ujaran santun dan berbudi luhur ini akan terkena imbas dari pemaksaan kehendak berembel-embel terzolimi. harusnya bentuk perjuangan menggunakan koridor hukum yang berlaku. laporkan pencemaran nama baik, ikuti pemeriksaan dengan tertib, bukan ngeles berbagai alasan dan tidak hadir seperti Riziek yang dipanggil oleh Kapolda Jabar itu.   

"Tuduhan Antasari seolah saya sebagai inisiator kasusnya, jelas tidak benar. Pasti akan saya tempuh langkah hukum thd Antasari" *SBY* 

"Becik ketitik ala ketara", walau pun Antasari Azhar menuduh dengan berbagai cara, jika tidak melakukan mengapa mesti takut? kejelekan yang tidak dilakukan tentu tidak akan ada bukti yang mendukungnya. ingat saat sekarang hukum tidak bisa ditekuk sesuai kebutuhan. Hukum akan berjalan sesuai koridor yang benar. kapolri Tito Karnavian dan Presiden Jokowi suah menunjukkan bagaimana beliau-beliau ini menempatkan hukum diatas kebenaran, bukan menempatkan hukum diatas kepentingan.

1 comment: