Labels

Saturday, January 21, 2017

Toleransi Bukan Ucapan Tapi Tindakan




Kegaduhan politik era Kampanye Pilkada demikian terasa gaungnya, dimana-mana banyak bertebaran berita-berita hoax, berita sampah yang memekakkan telinga dan sampah yang mengotori gendang telinga pikiran waras.Isu SARA digembar-gemborkan oleh sebagian kelompok masyarakat, Ormas, Tokoh Nasional maupun Politisi busuk. Media Sosial maupun situs menjadi arena tempat menyebarkan isu kebencian.

Kasus perusakan tempat ibadah, pembubaran kegiatan keagamaan, larangan-larang untuk menyampaikan ungkapan selamat hari raya,sikap tidak bersahabat kepada lain keyakinan adalah fakta realitas bahwa di negeri ini, Republik Indonesia telah terjadi Intoleransi.

Sikap intoleransi adalah bentuk penolakan keberadaan penganut agama yang berbeda keyakinan dengan keyakinan yang dianutnya. Hal ini jika dibiarkan maka akan merusak sendi-sendi tegaknya Negara Republik Indonesia, yang dibangun dan hidup dari berbagai perbedaan, Suku, Bahasa, adat tradisi, agama dan tentu saja pandangan ideologinya. Namun pendiri bangsa ini telah dengan cermat merancang bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dalam kerangka kebhinnekaan. Lambang negara Burung Garuda yang mencengkeram dengan kuat semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" bukan suatu pilihan yang asal comot sesuai selera, namun dikaji secara mendalam melalui kajian pustaka dan sejarah yang mendalam. Mereka menempatkan simbol itu tidak lepas dari ingatan masa lalu, masa kejayaan Kerajaan Majapahit. dimana negara itu dibangun dengan kebhinnekaannya, Negara Besar dari Ziam, Malaka, disebelah barat dan utara, bahkan sampai di Papua menjadi satu kerangka besar Negara Majapahit.

Gerakan perlawanan terhadap kelompok intoleran harus dimulai sejak dini, dengan menanamkan bibit-bibit toleransi kepada generasi muda yang toleran. perlu kerjasama yang sinergis dari berbagai kalangan, baik praktisi pendidikan, instansi pemerintah, organisasi masyarakat maupun organisasi keagaman, organisasi profesi harus mencanangkan sikap-sikap toleran dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap toleran tidak cukup hanya dengan ucapan dan ungkapan semu belaka, namun perlu tindakan riil, perlu di buatkan kurikulum pendidikan budi pekerti dan etika dimana sikap toleran sebagai materi pembelajarannya, program-program pembiasaan tentang sikap-sikap toleran, gerakan saling berkomunikasi dengan kelompok di luar kelompoknya, sehingga "kata tidak kenal maka tak sayang", berubah menjadi ungkapan nyata "karena kenal maka sayang".

Jalannya Sidang Kasus Penistaan Agama yang di dakwakan kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama, adalah bentuk klimax dari aksi-aksi sikap intoleran yang dikomandoi oleh kelompok Fron Pembela Islam (FPI) pimpinan Rizieg Sihab, Riziek berulang kali menyampaikan lontaran kata kebencian yang begitu menyakiti hati orang yang tidak sepaham dengan ideologinya. 

Aksi pelaporan yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat terhadap tindakan Rizieg Sihab, merupakan klimax kebencian dari orang-orang yang merasa selama ini dilukai oleh Rizieg Sihab dari sikap dan ucapannya. Pertama Sukmawati Soekarnoputri melaporkan Rizieq Shihab ke Polisi terkait dari penghinaan simbol dan lambang negara yaitu Pancasila, kemudian Pimpinan FPI Rizieq Shihab dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh PMKRI atas dugaan penistaan agama, kemudian masyarakat Purwakarta yang dilecehkan budaya sunda "Sampurasun" dengan ungkapan "campur racun"nya, dan masih banyak lagi pihak-pihak yang tidak sikap intoleransi yang dikomandoi oleh Rizieg Sihab ini.

Adakah yang masih mencintai negara Indonesia ini yang terbentuk dari beraneka ragam kultur dan budaya maupun agama yang diyakini ini?

Apakah akan diam saja melihat dan mengetahui negara dirusak oleh aksi-aksi intoleran yang bukan hanya Rizieg Sihab dan kelompoknya, namun masih banyak lagi yang melakukan tindakan seperti diatas?

Bagaimana langkah kongret mewujudkan Indonesia sebagai negara yang Jaya dan Rakyatnya berbudi luhur?

Apakah ungkapan Kita Satu Bangsa bukan Satu Agama sebagai penghalang terciptanya negara yang adil dan makmur?

apakah, bagaimanakah dan beribu pertanyaan adalah pertanyaan yang membuncah dari batok kepala rakyat Indonesia yang masih berotak Waras.

Demikianlah kiranya, selamat menikmati hidup tenang di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salam Rahayu......
Sabbe Sattha Bhavantu Sukhi Tatta, sadhu 3X
[Semoga semua mahkluk hidup berbahagia, demikianlah kiranya 3X]

2 comments: