Labels

Monday, January 30, 2017

Tanam Bibit Toleransi



Tulisan ini sebenarnya telah aku tulis di Seword, namun karena hilang maka aku tulis ulang di lamanku, dan ini aku bisa menemukan kembali yang telah disadur sama persis dengan tulisanku oleh Britain online (http://beritain.online/2016/12/21/tanam-bibit-toleransi/), selain itu juga di posting ulang oleh http://ijinshare.com/tanam-bibit-toleransi. Aku senang sekali karena bisa terselamatkan salah satu tulisanku.     

Permasalahan yang ada di Jakarta, memberikan efek kepada pendidik untuk dapat menjelaskan kepada para siswanya, guru harus bijaksana dan arif dalam menjelaskan apa dan bagaimana sesungguhnya yang terjadi di Jakarta tersebut. Peristiwa yang terjadi di kepulauan seribu dan penolakan pihak-pihak yang tidak menyukainya sangat bertolak belakang. Mereka menggunakan dalil yang sesuai dengan kebutuhan dan keiginan sendiri tanpa memperhatikan aspek lain berdasarkan realita dan fakta sesungguhnya.
Sebagai salah satu pendidik di SD Negeri Sumogawe 03 tentu saja mengalami kebingungan, saat seorang anak dalam kegiatan pembelajaran bertanya kepada saya tentang kasus Ahok ini. Begini pertanyaannya, “pak guru kok masih ada demo penistaan agama, maksudnya apa, pak Ahok kok tidak seperti pak Ganjar gubernur Jawa Tengah yang ke sekolah kita itu pak???”, tentu tidak gampang sebagai seorang guru untuk dapat menjelaskan secara detail bagaimana proses yang terjadi, selain tidak tahu kejadian yang sebenarnya juga takut jika siswa tersebut memiliki pandangan yang salah berdasarkan penjelasan guru.

Suatu hal yang lumrah guru mendedikasikan hidupnya dalam bidang pendidikan yang diampunya, namanya juga guru yang lekat dengan slogan “digugu lan ditiru” bukan “wagu tur saru” sebuah istilah dalam bahasa jawa yang memiliki makna kompleks.
Terletak di lereng gunung merbabu sebelah utara, tepatnya di SD Negeri Sumogawe 03,  Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Secara umum kelihatan biasa saja jika dibandingkan dengan sekolah lain pada tingkat sekolah dasar. Namun tengoklah ke dalam, ada sesuatu yang lain daripada yang lain.

Disini pendidikan bukan hanya berkutat pada segi kognitif, memasukkan ilmu pengetahuan ke dalam otak peserta didik, bukan hanya mengejar nilai prestasi akademik yang diwujudkan dalam pencapaian nilai 100 dalam ujian-ujian yang wajib diselenggarakan. Namun lebih dari itu ada penanaman bibit-bibit unggul yang akan menjadikan pribadi-pribadi yang toleran dan bisa hidup dalam kebersamaan dinegara yang pluralis tidak homogen ini. Suatu lembaga pendidikan formal negeri yang memiliki musola atau masjid adalah hal lumrah, dimana mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim, namun ada yang nyeleneh dan lain dibandingkan sekolah pada umumnya di SD Negeri Sumogawe 03 ini. Memiliki tiga bangunan keagamaan ada Mushola Al Ikhlas (Islam), Gereja Imanuel (Kristen), dan Cetiya Dhamma Sippa (Buddha).

Bukan bangunan fisik semata yang unik disekolah ini. Namun dalam kamunikasi dan penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pembelajaran nilai-nilai toleransi ditanamkan kepada seluruh warga sekolah. Doa dalam upacara bendera setiap hari senin dan upacara hari besar nasional bukan hanya hak agama besar yang dianut siswa, misalnya berdoa dengan cara agama Islam, namun dilaksanakan secara bergantian oleh masing-masing agama. Doa bisa dilakukan sesuai agama yang dianut siswa di SD Negeri Sumogawe 03. Minggu pertama doa secara Islam, minggu kedua secara Kristen dan minggu ketiga secara buddhist demikian selanjutnya bergantian. Demikian juga sikap toleran, bukan hanya ucapan dimulut saja namun dilatih dan dididik semua warga sekolah saling menghargai dan menghormati, pembina upacara memberikan salam secara Islam “assalamualikum wr,wb”,  “shalom” secara Nasrani, dan “namo buddhaya” kepada pemeluk Buddha, bukan salam senyum dan sapa yang terasa hambar, namun salam senyum dan sapa yang dilakukan keluar dari lubuk hati terdalam. Semua warga mulai dari kepala sekolah, guru kelas dan guru mapel beserta staff. Semua bahu membahu memberikan contoh dan teladan kepada semua peserta didik, akan arti penting hidup dalam kebersamaan yang harmoni dan damai.

Gubernur propinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan apresiasi besar bagi sekolah yang bisa menjadi contoh dalam menyelenggarakan pendidikan secara baik dan bermartabat. Tanpa rencana panjang, melakukan sidak ke sekolah ini, mengunjungi dan menyaksikan apa yang ada disekolah desa ini. Bukan sebuah pencitraan itu yang dirasakan warga sekolah akan kehadiran sang Gubernur, namun ketulusan dan keikhlasan semua elemen sekolah ini dalam menjalankan kewajibannya sebagai pendidik anak bangsa. Gubernur Ganjar Pranowo menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Bagaimana usaha penyelenggara pendidikan di SD Negeri Sumogawe 03 membangun karakter kepribadan para generasi penerus bangsa ini menjadi anak bangsa yang cerdas terampil beraklaq mulia yang ditunjukkan dengan sikap penuh rasa toleransi.

Menumbuhkan Nilai Toleransi

Nilai-nilai toleransi hendaknya wajib ditanamkan sejak dini. Dengan cara membiasakan sikap saling menghormati dan menghargai keyakinan lain. Melalui program pembiasaan yang disusun bersama dengan seluruh stakeholder dilingkungan sekolah. Dibuat dalam berbagai bentuk tindakan yang harus dilaksanakan oleh semua warga sekolah. Hal ini wajib dilaksanakan sebab nasehat verbal tanpa ada petunjuk yang jelas dalam menumbuhkan sikap toleransi tidak akan terbentuk pada diri peserta didik. Namun jika dibuat baik dalam bentuk fisik maupun non fisik akan mudah dimengerti dan dilaksanakannya.
Mengetahui tata cara beribadah agama lain, adat istiadat, ciri khas lambang simbol agama lain bukan mengubah keyakinan seseorang. Ada pepatah “tak kenal maka tak sayang”. Dalam hal ini sikap antipati, curiga dan merasa terancam karena disebabkan oleh ketidaktahuannya akan keyakinan yang dianut orang lain.

Harapan dan doa seorang guru adalah mendidik peserta didiknya bisa menjadi cerdas dan terampil dalam hidup ini. Tentunya bukan hanya kecerdasan intelektual saja namun secara keseluruhan. Bagaimana ia kelak hidup dimasyarakat yang plular ini. Dimana perbedaaan tidak dipandang sebagai sesuatu yang dimusuhi dan dan dibenci, namun perbedaan akan memberikan warna indah dalam kehidupannya kelak.


No comments:

Post a Comment