Labels

Monday, January 30, 2017

Penyair Bukan Politisi



Taufik Ismail seorang Penyair terkenal Indonesia kelihatannya telah mengubah arah, dia adalah seorang penyair, budayawan namun akhir-akhir ini terseret arus kuat politik, sehingga memiliki dampak bagi kebudayaan di Indonesia. 

Sebenarnya bisa saja seorang penyair menyampaikan kritik-kritik terhadap penguasa, namun bukan berdasarkan pesanan pihak tertentu atau lawan politik dari penguasa. Seorang penyair sejati, harus bisa melihat kondisi riil, apakah pemerintah yang dikritik itu telah melanggar rel ketata negaraan, apakah pemerintah yang dikritik itu tidak melayani rakyatnya dengan baik, tidak mengayomi rakyatnya dengan baik, atau bahkan pemerintah yang dikritik itu menyengsarakan rakyatnya, mencuri harta rakyatnya. Jika hal itu telah terjadi maka dengan senjata syair-syairnya layak untuk di suarakan. Namun jika hal itu tidak sesuai dengan realita yang terjadi, dimana pemerintah benar-benar sesuai apa yang dibutuhkan rakyat saat ini, maka justru akan menghancurkan statusnya dari seorang budayawan sejati jatuh dan dianggap hanya seperti seorang pengamen jalanan. tidak ubahnya seperti topeng jalanan. Hal ini sangat disayangkan apa yang telah dilakukan oleh seoang Taufik Ismail.

Penyair dalam KBBI adalah orang yang mengucapkan syair, sedangkan budayawan dari kata orang yang berkecimpung dalam kebudayaan; ahli budaya: ia seorang -- yang senantiasa mengikuti perkembangan zaman, jelas bahwa seorang penyair yang menyampaikan syair-syair yang berbudaya, bisa berupa sajak, puisi, prosa atau dongeng bisa dikategorikan sebagai budayawan. sedangkan ia mengikuti perkembangan jaman yang dimaksud adalah perubahan budaya yang disebabkan oleh perubahan jaman senantiasa diikuti, dicermati dan dianalisa sehigga budaya yang berkembang tidak melenceng dari budaya bangsa, adat istiadat bangsa dan keluhuran budaya itu sendiri. Mengikuti perkembangan jaman untuk menahan degradasi budaya, sehingga budaya bangsa tidak rusak terpengaruh era perubahan jaman tersebut.

Sedangkan kebudayaan memiliki arti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat n Antr keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya (KBBI). disini jelas bahwa perubahan perilaku bisa mengubah budaya bangsa sebab kebudayaan menciptakan tatanan adat istiadat, kesenian dan kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan juga mampu mengubah kepribadian sosial masyarakat.

Kemudian arti kata politik adalah 1. pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan; 2 segala urusan dan tindakan, (kebijakan, siasat, dan sebagainya  mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain: -- dalam dan luar negeri; kedua negara itu bekerja sama dalam bidang --, ekonomi, dan kebudayaan; partai --; organisasi dan 3. cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah; kebijakan. 
 
Selanjutnya menggabungkan dua hal yang berbeda antara kebudayaan dan politik tentunya akan mengalami hal yanng tidak tepat, sebab kedua hal tersebut benar-benar berbeda. namun diera globalisasi ini segala sesuatu bisa saja terjadi, hal ini tidak lepas dari berkembangnya ITE, sehingga dunia seolah tanpa batas, siapa saja, dimana saja asal ada jaringan internet dapat berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pesan sesuai kebutuhannya.

 Taufik Ismail saat menghadiri acara silaturahmi "Iluni Bangsa untuk Keadilan" di Taman Lingkar Universitas Indonesia pada hari Jumat tanggal 27 Januari 2017 menyatakan bahwa ia menolak lagu kebangsaan Padamu Negeri, ia menyatakan bahwa "menolak Lagu Padamu Negeri", Ia mempermasalahkan syair terakhir "Bagimu negeri jiwa raga kami" dan menganggapnya bermasalah, sebab menurut dia jiwa raga adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta, dan Jiwa ini akan kembali kepada Tuhan bukan kepada yang lain. Dari pernyataannya tersebut ternyata sebagai seorang budayawan Ia telah salah menafsirkan arti kalimat tersebut. Ia menafsirkan hubungan individu sebagai mahluk ciptaan Tuhan dengan penciptaNya, bukan masalah sebagai seorang warga negara terhadap Bangsa dan Negara yang di cintainya.

Mengapa seorang budayawan sekaliber Taufik Ismail bisa sedangkal itu menilai arti sebuah lagu kebangsaan ini. Bukankah lagu itu diciptakan jauh sebelum era gonjang-ganjing politik di tanah air ini. Dimana kebusukan-kebusukan anggota dewan yang terlihat nyata, berbagai tindakan tidak terpuji dari politikus sudah menjadi budaya baru sebagai wakil rakyat, banyak yang masuk bui, banyak yang mengumbar umpatan-umpatan tidak layak diucapkan oleh seorang Wakil Rakyat Yang Terhormat, Yang Mulia, namun mengeluarkan ujaran-ujaran kebencian dan kata kotor lainnya di jalanan dimana membangkitkan emosi dan membakar kemarahan orang-orang dungu dijalanan.

Jika ia menempatkan dirinya sebagai seorang sosok budayawan sejati, seharusnya ia menolak bukan saat ini, justru era lagu itu baru dikumandangkan atau ditetapkan sebagai lagu Nasional Kebangsaan. Kesan yang diterima oleh masyarakat justru lain terhadap pernyataannya ini. 

Taufik Ismail merusak tatanan negara, melalui pernyataannya ini. Sebab lagu ini adalah lagu Bangsa Indonesia, dimana lagu ini memuja, menghormati jasa para pahlawan bangsa, memotivasi rakyat Indonesia untuk mencintai Tanah Air Republik Indonesia, jika ini tidak ada tanggapan dari Pejabat yangn berwenang dan kaum intelektual untuk meluruskan pandangan salah ini, justru negara akan rusak oleh ungkapan yang dangkal. 

Bagaimana guru-guru menjelaskan kepada para siswanya, jika saat upacara bendera para siswa dan mungkin Guru menolak untuk menyanyikan lagu Nasional Padamu Negeri tersebut. Apakah Upacara Bendera menyanyikan lagu kebangsaan diganti dengan Solawatan atau Takbir??. Bagaimana kegiatan seremonial pengangkatan pejabat negara, haruskan lagu kebangsaan ini tidak dinyanyikan dan diganti dengan lagu yang sesuai selera.

Kiranya orang-orang yang selama ini menghargai dan mengakui Taufik Ismail sebagai budayawan kelas tinggi akan menurunkan simpatinya, dan hanya akan menilai beliau seorang pengamen kelas kacangan saja. Apakah ini dampak dari keikutsertaanya mendampingi Riziek Shihab seorang Imam Besar yang telah mendoktrinya menjadi seorang yang anti toleransi, sehingga apapun yang tidak sepaham dengannya akan dibabat?

Pertanyaan demi pertanyaan mengganggu pikiran orang-orang yang waras.
Orang-orang yang tahu dimana posisinya.
Posisi sebagai Hamba dari Tuhan Yang Maha Esa
Posisi sebagai Rakyat yag cinta Tanah Air dan Bangsa.
Lantas ditaruh dimana posisinya, seorang budayawan tiga jaman.



(dari seorang Pemuja Taufik Ismail yang kecewa) 

No comments:

Post a Comment