Tulisan ini sebenarnya telah aku tulis di Seword, namun karena hilang maka aku tulis ulang di lamanku, dan ini aku bisa menemukan kembali yang telah disadur sama persis dengan tulisanku oleh Britain online (http://beritain.online/2016/12/21/tanam-bibit-toleransi/), selain itu juga di posting ulang oleh http://ijinshare.com/tanam-bibit-toleransi. Aku senang sekali karena bisa terselamatkan salah satu tulisanku.
Permasalahan
yang ada di Jakarta, memberikan efek kepada pendidik untuk dapat menjelaskan
kepada para siswanya, guru harus bijaksana dan arif dalam menjelaskan apa dan
bagaimana sesungguhnya yang terjadi di Jakarta tersebut. Peristiwa yang terjadi
di kepulauan seribu dan penolakan pihak-pihak yang tidak menyukainya sangat
bertolak belakang. Mereka menggunakan dalil yang sesuai dengan kebutuhan dan
keiginan sendiri tanpa memperhatikan aspek lain berdasarkan realita dan fakta
sesungguhnya.
Sebagai
salah satu pendidik di SD Negeri Sumogawe 03 tentu saja mengalami kebingungan,
saat seorang anak dalam kegiatan pembelajaran bertanya kepada saya tentang
kasus Ahok ini. Begini pertanyaannya, “pak guru kok masih ada demo penistaan
agama, maksudnya apa, pak Ahok kok tidak seperti pak Ganjar gubernur Jawa
Tengah yang ke sekolah kita itu pak???”, tentu tidak gampang sebagai seorang
guru untuk dapat menjelaskan secara detail bagaimana proses yang terjadi,
selain tidak tahu kejadian yang sebenarnya juga takut jika siswa tersebut
memiliki pandangan yang salah berdasarkan penjelasan guru.
Suatu hal
yang lumrah guru mendedikasikan hidupnya dalam bidang pendidikan yang
diampunya, namanya juga guru yang lekat dengan slogan “digugu lan ditiru”
bukan “wagu tur saru” sebuah istilah dalam bahasa jawa yang memiliki
makna kompleks.
Terletak di
lereng gunung merbabu sebelah utara, tepatnya di SD Negeri Sumogawe 03,
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Secara umum kelihatan biasa saja jika
dibandingkan dengan sekolah lain pada tingkat sekolah dasar. Namun tengoklah ke
dalam, ada sesuatu yang lain daripada yang lain.
Disini
pendidikan bukan hanya berkutat pada segi kognitif, memasukkan ilmu pengetahuan
ke dalam otak peserta didik, bukan hanya mengejar nilai prestasi akademik yang
diwujudkan dalam pencapaian nilai 100 dalam ujian-ujian yang wajib
diselenggarakan. Namun lebih dari itu ada penanaman bibit-bibit unggul yang
akan menjadikan pribadi-pribadi yang toleran dan bisa hidup dalam kebersamaan
dinegara yang pluralis tidak homogen ini. Suatu lembaga pendidikan formal
negeri yang memiliki musola atau masjid adalah hal lumrah, dimana mayoritas
masyarakat Indonesia adalah muslim, namun ada yang nyeleneh dan lain
dibandingkan sekolah pada umumnya di SD Negeri Sumogawe 03 ini. Memiliki tiga bangunan
keagamaan ada Mushola Al Ikhlas (Islam), Gereja Imanuel (Kristen), dan
Cetiya Dhamma Sippa (Buddha).
Bukan
bangunan fisik semata yang unik disekolah ini. Namun dalam kamunikasi dan
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pembelajaran nilai-nilai toleransi
ditanamkan kepada seluruh warga sekolah. Doa dalam upacara bendera setiap hari
senin dan upacara hari besar nasional bukan hanya hak agama besar yang dianut
siswa, misalnya berdoa dengan cara agama Islam, namun dilaksanakan secara
bergantian oleh masing-masing agama. Doa bisa dilakukan sesuai agama yang
dianut siswa di SD Negeri Sumogawe 03. Minggu pertama doa secara Islam, minggu
kedua secara Kristen dan minggu ketiga secara buddhist demikian selanjutnya
bergantian. Demikian juga sikap toleran, bukan hanya ucapan dimulut saja namun
dilatih dan dididik semua warga sekolah saling menghargai dan menghormati,
pembina upacara memberikan salam secara Islam “assalamualikum wr,wb”,
“shalom” secara Nasrani, dan “namo buddhaya” kepada pemeluk
Buddha, bukan salam senyum dan sapa yang terasa hambar, namun salam senyum dan
sapa yang dilakukan keluar dari lubuk hati terdalam. Semua warga mulai dari
kepala sekolah, guru kelas dan guru mapel beserta staff. Semua bahu membahu
memberikan contoh dan teladan kepada semua peserta didik, akan arti penting
hidup dalam kebersamaan yang harmoni dan damai.
Gubernur
propinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan apresiasi besar bagi sekolah
yang bisa menjadi contoh dalam menyelenggarakan pendidikan secara baik dan
bermartabat. Tanpa rencana panjang, melakukan sidak ke sekolah ini, mengunjungi
dan menyaksikan apa yang ada disekolah desa ini. Bukan sebuah pencitraan itu
yang dirasakan warga sekolah akan kehadiran sang Gubernur, namun ketulusan dan
keikhlasan semua elemen sekolah ini dalam menjalankan kewajibannya sebagai
pendidik anak bangsa. Gubernur
Ganjar Pranowo menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Bagaimana usaha
penyelenggara pendidikan di SD Negeri Sumogawe 03 membangun karakter kepribadan
para generasi penerus bangsa ini menjadi anak bangsa yang cerdas terampil
beraklaq mulia yang ditunjukkan dengan sikap penuh rasa toleransi.
Menumbuhkan
Nilai Toleransi
Nilai-nilai
toleransi hendaknya wajib ditanamkan sejak dini. Dengan cara membiasakan sikap
saling menghormati dan menghargai keyakinan lain. Melalui program pembiasaan
yang disusun bersama dengan seluruh stakeholder dilingkungan sekolah. Dibuat
dalam berbagai bentuk tindakan yang harus dilaksanakan oleh semua warga
sekolah. Hal ini wajib dilaksanakan sebab nasehat verbal tanpa ada petunjuk
yang jelas dalam menumbuhkan sikap toleransi tidak akan terbentuk pada diri
peserta didik. Namun jika dibuat baik dalam bentuk fisik maupun non fisik akan
mudah dimengerti dan dilaksanakannya.
Mengetahui
tata cara beribadah agama lain, adat istiadat, ciri khas lambang simbol agama
lain bukan mengubah keyakinan seseorang. Ada pepatah “tak kenal maka tak
sayang”. Dalam hal ini sikap antipati, curiga dan merasa terancam karena
disebabkan oleh ketidaktahuannya akan keyakinan yang dianut orang lain.
Harapan dan
doa seorang guru adalah mendidik peserta didiknya bisa menjadi cerdas dan
terampil dalam hidup ini. Tentunya bukan hanya kecerdasan intelektual saja
namun secara keseluruhan. Bagaimana ia kelak hidup dimasyarakat yang plular
ini. Dimana perbedaaan tidak dipandang sebagai sesuatu yang dimusuhi dan dan
dibenci, namun perbedaan akan memberikan warna indah dalam kehidupannya kelak.
No comments:
Post a Comment